![]() |
Dinporabudpar Kabupaten Blora, Jawa Tengah menunjukkan benda bersejarah peninggalan suku kalang, Kamis (9/7/2020).(DOKUMEN DINPORABUDPAR BLORA) |
Seputar Blora
Mengenal "Wong Kalang", Suku Asli Jawa, Hidup Nomaden dari Hutan ke Hutan
Pengamat Sejarah Edy Tegoeh Joelijanto (51) yang pernah mengenyam pendidikan di UKDW Yogyakarta dan Universitas Putra Bangsa Surabaya, mengatakan, dari beberapa referensi, kata "kalang" berasal dari bahasa Jawa yang artinya "batas". Lingkup sosial orang-orang ini sengaja dibatasi (dikalang) oleh masyarakat mayoritas waktu itu. Orang Kalang sengaja diasingkan dalam kehidupan masyarakat luas, karena dulu ada anggapan bahwa mereka liar dan berbahaya. Jejak Wong Kalang salah satunya ditemukan dalam prasasti Kuburan Candi di Desa Tegalsari, Kawedanan Tegalharjo, Kabupaten Magelang, yang berangka tahun 753 Saka (831 Masehi). Diperkirakan, Suku Kalang telah ada sejak Jawa belum mengenal agama Hindu-Budha. Menurut mitos, Suku Kalang adalah maestro pembuat candi yang secara fisik berbadan kuat dan tegap. Suku Kalang juga disebut sakti mandraguna dan pada era Majapahit, mereka ditugaskan untuk menjaga hutan agar tidak kemasukan penyusup yang membahayakan kerajaan.
"Ada mitologi Suku Kalang itu dianggap sakti sehingga ditugaskan menjaga hutan dan dipekerjakan sebagai pembuat candi saat itu," kata Tegoeh saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Kamis (9/7/2020). Suku kalang semakin tersisih oleh sistem pengastaan di masa Hindu-Budha, karena ketidakjelasan nenek moyang mereka. Suku Kalang pun mengasingkan diri hingga hidup nomaden dari hutan ke hutan. Sementara itu, sambung Tegoeh, disebutkan dalam buku Javaansch Nederduitsch Woordenboek bahwa Kalang adalah nama sebuah etnis di Jawa yang dulu hidup di sekitar hutan. Suku Kalang memang memiliki fisik yang lain dengan penduduk setempat.
Mereka berkulit legam dan berambut keriting. Orang Kalang juga sempat dianggap pendatang dari Kedah, Kelang, dan Pegu pada tahun 800 Masehi. Dengan sejumlah perbedaan fisik dan latar belakang tersebut, orang Kalang memilih hidup memisahkan diri dari pemukiman warga lainnya. Akhirnya, oleh otoritas Kerajaan Hindu saat itu, mereka dicap tidak memiliki kasta (kaum paria). Semakin besarlah jarak di antara mereka dan masyarakat umum.
Sebab dalam sistem kasta, orang yang tidak berkasta tidak boleh berhubungan dengan orang yang berkasta, sekalipun itu orang dari kasta terendah (Sudra). "Banyak literatur tentang suku kalang," ujar Tegoeh.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Blora, M Solichan Mochtar, menyampaikan, seiring dengan perkembangan zaman dan tidak berlakunya kasta, Suku Kalang sudah banyak berbaur dengan masyarakat lainnya, baik dalam pergaulan sosial maupun pernikahan. Suku ini sudah diterima dengan baik di Indonesia. Demikian pula sebaliknya, suku Kalang juga dapat menerima orang-orang dari luar sukunya. "Orang Kalang saat ini banyak tersebar di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," kata Solichan.
- Blog Comments
- Facebook Comments
Fokus Blora Lainnya
-
Petugas Satpol PP Blora, Jawa Tengah menunjukkan ular piton sepanjang lima meter yang berhasil di tangkap di wilayah Kabupaten Blora, Sabtu ...
-
Dinporabudpar Kabupaten Blora, Jawa Tengah menunjukkan benda bersejarah peninggalan suku kalang, Kamis (9/7/2020).(DOKUMEN DINPORABUDPAR BLO...
-
Bupati Blora Djoko Nugroho Gagakrimangfm.com - Bupati Djoko Nugroho pada hari Rabu (15/7/2020) menghadiri acara peringatan Hari Keluarga Na...
